Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan proses pembangunan jalan tol Jogja – Solo dimulai tahun ini. Itu setelah Gubernur DIJ Sultan Hamengku Buwono X memberikan lampu hijau.
”Paling lambat, akhir tahun ini lah sudah bisa dimulai (pembangunan tol Jogja-Solo),” jelas Direktur Jenderal Bina Marga Kemen PUPR Sugiyartanto menyebut hasil pertemuan dengan HB X di Kepatihan, Kamis (28/3).
Sugiyartanto optimistis pembangunan tol menjadi salah satu solusi untuk upaya meningkatkan perekonomian lokal. Tak terkecuali di DIJ. Peningkatan perekonomian itu, antara lain, dengan keberadaan rest area.
Toh, letak rest area bisa didesain di titik strategis. Alias dibangun di wilayah di sepanjang tol yang memiliki potensi ekonomi.
Karena itu, Sugiyartanto berjanji Kemen PUPR bakal mempelajari kawasan-kawasan di DIJ yang memiliki potensi ekonomi. Juga letak kawasan berpotensi ekonomi yang belum dilalui jalur utama kendaraan. Khususnya, logistik.
”Jalan tol ini kan lebih banyak untuk mengurus kendaraan logistik,” tuturnya.
Dengan tol, Sugiyartanto meyakini biaya pengiriman logistik ke Jogja lebih murah. Dari Surabaya, contohnya. Dengan begitu, harga komoditas ikut turun. ”Wisata kuliner juga ikut merasakan (dampak positifnya),” klaimnya.
Meski punya target maksimal akhir tahun dimulai, Sugiyartanto menyebut pembangunan jalan tol masih menunggu sejumlah pertimbangan. Di antaranya, ketersediaan tanah. Sebab, hal itu menentukan akselerasi pembangunan tol.
Kendati begitu, Sugiyartanto memastikan Kemen PUPR menghindari penggusuran atau penggantian lahan terlalu banyak. ”Sehingga Bina Marga perlu survei,” katanya.
Survei itu, kata Sugiyartanto, juga untuk mengetahui titik-titik potensi pariwasata di DIJ. Harapanya, pintu keluar tol langsung menuju kawasan objek wisata. Misalnya Candi Ratu Boko, Pantai Parangtritis, atau sentra industri kerajinan.
Berbeda dengan Jogja-Solo, realisasi pembangunan jalan tol Jogja-Semarang masih abu-abu. Namun, Sugiyartanto mengupayakan pembangunan tol Jogja-Semarang bebarengan dengan Jogja-Solo.
Sekprov DIJ Gatot Saptadi membenarkan perihal realisasi pembangunan jalan tol Jogja-Solo. Dia memastikan HB X sebenarnya tidak anti terhadap pembangunan tol. Toh, program strategis nasional, seperti pembangunan tol tidak akan memutus jaringan jalan yang ada.
Namun, sebagai kepala daerah, HB X tidak sekadar memikirkan persoalan teknis. Lebih dari itu, juga dampak keberadaan tol terhadap perekonomian warganya.
”Jalan tol harus bisa menyelesaikan masalah ekonomi,” tegasnya.
Karena itu, Gatot menegaskan, pemprov menyarankan Kemen PUPR agar menentukan lokasi rest area di lokasi strategis. Contohnya, ke arah Pantai Parangtritis.
”Tapi tentunya (penentuan rest area) dengan pendekatan teknis yang sesuai regulasi,” ungkapnya.